
💔 “Kalau wajah Ayah sembuh, aku mau lihat Ayah jualan lagi kayak dulu...” — Asma, 14 tahun
Di sebuah rumah panggung tua yang hampir roboh di pinggiran desa, hidup seorang gadis kecil bernama Asma bersama ayahnya, Bah Apung.
Rumah itu berdiri di atas tiang-tiang kayu rapuh, sebagian lantainya sudah berlubang, dan atapnya bocor jika hujan deras turun.
Namun yang paling menyesakkan bukanlah kondisi rumah mereka, melainkan perjuangan hidup yang nyaris di ujung daya.

😔 Luka yang Tak Pernah Sembuh
Tiga tahun yang lalu, Bah Apung divonis menderita kanker ganas di pipi kiri wajahnya.
Awalnya hanya benjolan kecil sebesar kelereng, tapi kini—tiga tahun kemudian—kankernya telah membesar hingga dua kali lipat ukuran kepalanya sendiri.
Wajahnya kini berubah bentuk. Luka terbuka di pipinya membuatnya sulit makan, sulit berbicara, bahkan sulit tidur tanpa rasa nyeri luar biasa.

Dulu Bah Apung adalah sosok yang rajin dan hangat. Setiap pagi, ia berangkat berjualan keliling dengan sepeda tuanya, membawa dagangan sederhana demi mencukupi kebutuhan hidup anak semata wayangnya, Asma.
Namun kini, semuanya berubah. Sejak penyakit itu semakin parah, Bah Apung terpaksa berhenti berjualan.
Setiap hari ia hanya bisa berbaring di rumah, menahan sakit di pipinya yang terus membengkak dan mengeluarkan darah.

🌧️ Asma, Gadis Kecil dengan Beban Terlalu Besar
Asma baru berusia 14 tahun. Ia duduk di bangku kelas 3 SMP.
Seharusnya masa itu diisi dengan bermain, belajar, dan bercita-cita tinggi. Namun hidup membuatnya harus tumbuh lebih cepat.
Sejak ayahnya sakit, Asma belajar membantu sebisanya.
Sepulang sekolah, ia membantu menjualkan barang-barang kecil peninggalan ayahnya — gorengan, minuman, apa pun yang bisa memberi mereka uang untuk membeli beras atau obat.
Kadang ia juga ikut tetangga menjemur pakaian atau membersihkan warung hanya demi beberapa ribu rupiah.
Meski tubuhnya mungil dan sering terlihat letih, Asma jarang mengeluh. Ia hanya ingin ayahnya sembuh.
Namun di balik senyumnya yang tegar, tersimpan ketakutan besar.

“Aku takut kehilangan Ayah…”
katanya lirih sambil menatap wajah Bah Apung yang kini hampir tak bisa dikenali.
💔 Di Ujung Putus Asa
Bah Apung menyadari betapa berat beban yang kini ditanggung anaknya. Ia sering meminta Asma untuk berhenti membantu dan fokus belajar.
Namun Asma diam-diam berkata kepada tetangganya,
“Aku mungkin gak lanjut sekolah lagi. Aku mau kerja aja, biar bisa beli obat Ayah.”
Kalimat itu menghentak siapa pun yang mendengarnya.
Seorang anak SMP, yang seharusnya berjuang untuk masa depan, kini siap mengorbankan pendidikannya demi menyelamatkan ayahnya.
Padahal, Asma punya cita-cita mulia — ia ingin menjadi perawat, agar bisa membantu ayahnya dan orang lain yang sakit.
Namun tanpa bantuan, semua itu akan lenyap, terkubur bersama kondisi ekonomi mereka yang semakin memburuk.

🏚️ Rumah yang Nyaris Ambruk, Tapi Masih Penuh Doa
Mereka tinggal di sebuah rumah panggung berusia lebih dari 25 tahun, peninggalan keluarga lama.
Sebagian kayunya sudah lapuk, beberapa tiang penyangga miring ke samping. Jika angin kencang datang, rumah itu bergoyang seperti akan roboh.
Namun Asma dan Bah Apung tetap bertahan di sana, karena mereka tak punya tempat lain untuk pulang.
Setiap malam, Asma tidur di samping ayahnya, menggenggam tangan yang mulai lemah itu.
“Ayah, jangan tidur lama-lama ya. Aku takut Ayah gak bangun lagi.”
Kalimat polos itu menampar hati siapa pun yang mendengar.
Rasa takut kehilangan ayah adalah hal yang setiap malam menghantui gadis kecil itu.

💉 Tanpa Bantuan, Bah Apung Bisa Kehilangan Nyawa
Kanker yang diderita Bah Apung kini sudah sangat parah.
Tanpa pengobatan dan operasi segera, benjolan di wajahnya bisa terus membesar dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Namun biaya pengobatan jelas di luar kemampuan mereka.
Hanya untuk membeli obat penahan nyeri dan perban luka pun mereka sering kali harus menunggu belas kasih tetangga.
Jika tidak segera ditangani, nyawa Bah Apung benar-benar terancam.
Dan jika itu terjadi, Asma akan kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki.
🤝 Mari Bersama Menjadi Harapan untuk Asma dan Ayahnya
Sahabat kebaikan, hari ini kita bisa menjadi bagian dari perjuangan Asma dan Bah Apung.
Uluran tangan Anda dapat membantu mereka untuk:
✅ Biaya pengobatan dan perawatan kanker Bah Apung
✅ Nutrisi dan kebutuhan harian Asma serta ayahnya
✅ Renovasi ringan rumah mereka agar lebih layak huni
✅ Dukungan pendidikan agar Asma tetap bisa melanjutkan sekolah
Jangan biarkan Asma kehilangan ayahnya hanya karena mereka tak mampu berobat.
Jangan biarkan cita-cita seorang gadis berhenti hanya karena kemiskinan.
💛 Saatnya Kita Bergerak Bersama
Klik “DONASI SEKARANG” dan sisihkan sedikit dari rezeki terbaikmu untuk membantu Bah Apung dan Asma.
Bagikan juga kisah ini agar semakin banyak hati yang tersentuh dan ikut membantu.
“Karena setiap rupiah yang kita beri, bisa menjadi napas baru bagi mereka yang hampir kehilangan harapan.”
📜 Disclaimer Penggunaan Dana
Seluruh dana yang terkumpul dari penggalangan ini akan digunakan untuk kebutuhan pengobatan kanker wajah Bah Apung, biaya perawatan harian, nutrisi tambahan, serta dukungan pendidikan bagi Asma.
Apabila dana yang terkumpul melebihi kebutuhan mereka, kelebihannya akan disalurkan kepada penerima manfaat lain di bawah naungan Yayasan Ruang Kebaikan Indonesia, secara amanah, transparan, dan tepat sasaran.
![]()
Menanti doa-doa orang baik